Papua,
24 Februari 2011
Pesawat Garuda yang kami tumpangi mendarat
dengan mulus di Bandara Sentani, Papua. Jam tangan sudah saya sesuaikan dengan
Waktu Indonesia Timur. Pukul 07.30 WIT pintu pesawat dibuka. Seusai penyambutan
ala kadarnya di ruang VIP, rombongan bergerak meninggalkan bandara. Semula saya
menyangka kami akan dibawa langsung ke Kanwil DJP Papua Maluku. Rupanya saya
salah sangka. Mobil kami berbelok ke jalan sempit.
Sebuah bangunan setengah jadi tampak diselimuti belukar, terbengkalai. Pak Singal, Kakanwil Papua Maluku, mengiring rombongan menuju bangunan itu. Kami diajak keliling di lantai dasar. Dia memberikan penjelasan kenapa bangunan ini mangkrak. Ah, rupanya ada masalah di proses pengerjaannya. Kelar berkeliling di bagian dalam, pria yang saya buntuti dari Jakarta ini beranjak memisahkan diri dari rombongan. Dia memotret sekeliling bangunan tersebut dengan ponsel pintarnya.
Rapat di Kanwil usai ketika Adzan Dhuhur
berkumandang. Rombongan kami dijamu makan siang di lobi kantor, bukan di resto
atau tempat makan sejenisnya. Saya mendengar selentingan bahwa pria ini memang
tak terlalu suka merepotkan tuan rumah soal jamuan makan. Sebuah bangunan setengah jadi tampak diselimuti belukar, terbengkalai. Pak Singal, Kakanwil Papua Maluku, mengiring rombongan menuju bangunan itu. Kami diajak keliling di lantai dasar. Dia memberikan penjelasan kenapa bangunan ini mangkrak. Ah, rupanya ada masalah di proses pengerjaannya. Kelar berkeliling di bagian dalam, pria yang saya buntuti dari Jakarta ini beranjak memisahkan diri dari rombongan. Dia memotret sekeliling bangunan tersebut dengan ponsel pintarnya.
Kunjungan ke Jayapura - 2011 |
Kelar makan, dia
segera meninggalkan Kanwil, pulang lagi ke Jakarta. Atas ijinnya, saya
meneruskan tinggal semalam di sini. Bagi saya kok agak konyol, jauh-jauh datang
dari Jakarta mosok nggak nginap..
**************
Semarang,
22 Agustus 2013
Tak puas hanya mengunjungi Tempat Pelayanan
Terpadu, pria itu minta ditunjukkan ruangan yang lain. Rombongan bergerak ke
lantai atas. Seluruh Seksi dia sambangi dan pegawai yang berada di situ dia salami dan ajak
bercakap barang sesaat. Pandangan pria itu tertumbuk pada sesosok anak ingusan
yang sedari tadi tak jua berdiri dari tempat duduknya.
“Kamu siapa?” tanyanya sembari menghampiri
anak berbaju biru itu.
Anak itu tampak gelagapan, namun tetap
duduk. Kepala Kantor setempat segera menyuruhnya berdiri untuk menyambut
uluran tangan pria itu.
Kunjungan ke Semarang - 2013 |
“Dia sedang PKL di sini, Pak,” papar sang
Kepala Kantor.
“Baik-baik ya, bantu teman-teman di sini,”
demikian pesan singkat pria itu.
**************
Suatu
Tempat, 29 Desember 2015
Kedatangan saya ke tempat ini hanya untuk
melepas penat setelah perjalanan jauh. Saya segera mencari bangku kosong dan
memesan makan siang. Hidangan makan siang belum sempat tersaji ketika pandangan
saya bersirobok dengan seorang pria berkacamata yang sedang duduk di seberang
sana. Dia duduk sendirian, tampak sedang menikmati
kopinya. Tak menunggu lama, saya segera menghampirinya.
“Hei, Met.. apa kabar?” dia duluan menyapa
“Baik, Pak. Bapak sehat?” saya menjawab
sembari menyalaminya dengan takzim.
Lalu kami terlibat obrolan panjang, tak
berjarak. Dia menuturkan kegiatannya selepas tak menjabat sebagai atasan saya.
Saya menimpalinya dengan beragam cerita soal situasi kantor belakangan ini.
“Met, aku duluan ya, ada kerjaan lain.”
“Njih, Pak. Kalo diijinkan saya minta nomer
telpon Bapak. Masak sudah kenal sekian lama tapi nggak punya nomer telpon
Bapak”
Dia membacakan deretan angka, lalu saya
simpan di phone book saya. Sebuah mobil menghampirinya. Dia masuk ke mobil itu
dan berlalu dari hadapan saya. Sebuah sentuhan ringan membuat saya menoleh ke
belakang.
“Pak, bangun. Sudah hampir jam 6, katanya
mau main tennis.” Ah… padahal saya masih pengin berlama-lama menatap
kepergiannya.
Bandung, 29 Desember 2015. Sebuah catatan
kenangan tentang Fuad Rahmany.