Ngintip Orang Mandi
Satu dari Beberapa Kisah Awal Meniti Karir di KPP. Baturaja
Membujang
di perantauan, berkawan dengan teman senasib, sebenarnya menyenangkan saja.
Banyak kegiatan bareng yang bisa kami lakukan karena memang kami nyaris punya kegiatan
pribadi. Hampir semua aktifitas dilakukan bareng-bareng. Ngopi, nongkrong di
bioskop Pasar Inpres, main dingdong dan sebagainya.
Tapi
entah kenapa sore itu aku terjebak dalam kesendirian. Teman sekantor sekaligus
sekost, Ragil sudah menghilang entah kemana. Belakangan memang dia menjalin
hubungan rapat dengan wanita ayu di dekat kost kami, Air gading. Jadilah aku
sendirian di kantor.
Mas
Mul, laki-laki legendaris itu mendatangiku tanpa ku minta. Seperti biasa,
wajahnya cengar-cengir, membikin kumis sungut lelenya kian menjijikan. Di pundaknya
tersampir handuk, tangan kanannya menenteng gayung berisi peralatan mandi.
"Belum
pulang pak Slamet?" tanyanya sambil menyulut sebatang rokok.
"Belum
mas, lagi pengin berlama-lama di kantor," jawabku sambil ikutan menyulut
rokok.
"Eh
pak, mau ngintip orang mandi nggak," ujar mas Mul setengah berbisik.
"What? Dimana...dimana....?" sahutku
penuh antusias.
"Itu,
dari ruangan seksi PDTUP, manjat meja," katanya sambil menunjuk ke arah
ruangan di seberangan ruanganku.
Kantor
kami berbentuk hurup "U", di bagian tengahnya adalah taman yang tak
begitu terawat. Ruanganku berada di salah satu tiang huruf itu. Seberang
ruanganku adalah ruangan seksi PDTUP tempat segala pemberkasan dan perekaman
data dilakukan.
"Ayooook,
sekarang?" aku menyahut dengan antusias. Sore-sore bgini, sendiri,
membujang, tawaran apa yang lebih menarik selain mengintip orang mandi?
Ruangan
ini di bagian dinding belakangnya berjendela dengan ketinggian sekitar 2,5
meter. Perlu memanjat untuk mengetahui keadaan di balik jendela itu. Aku baru
sadar kalau di belakang persis ruang seksi PDTUP adalah kamar mandi rumah
sebelah kantor. Kamar mandi itu berjendela kecil yang posisinya lebih rendah
dari jendela woven kantor kami
sehingga sudutnya pas banget untuk mengintip. Pengintip nggak bakal kepergok
oleh orang yang sedang mandi karena posisinya tersebunyi. Mas Mul yang duluan
menaiki meja. Beberapa berkas SPT harus kusingkirkan terlebih dahulu agar tidak
terinjak. Bandel...!
"Masih
gelap pak, belum ada yang mandi. Tungguin di sini saja ya. Nanti kalo sudah ada
yang mandi juga kedengeran kok dari sini", katanya sambil pamit mau mandi.
Aku
duduk termangu di ruangan itu. Imajinasiku sudah merajai isi otakku.
Suara
guyuran air di kamar mandi rumah belakang kantor membuat jantungku berdegup
kencang. Saatnya beraksi. Dengan hati-hati ku naiki meja itu. Harus sedikit berjinjit
agar bisa mendapatkan sudut yang pas ke arah kamar mandi itu. Nafasku makin
memburu ketika mataku mulai bisa mengenali situasi di kamar mandi itu.
Peneranganya temaram, hanya bolam berdaya 10 watt. Dindingnya pun tanpa cat
sehingga menambah kemuraman pencahayaannya. Samar-samar kuliat perut rata yang
sedang disabuni oleh tangan mulus. Bagian atas perut sampai kepala tidak bisa terlihat
karena terhalang sudut jendela. Gerakannya amat erotis, membuat reaksi kimia
yang aneh sekaligus menyenangkan di tubuhku. Pelan-pelan dia mulai sedikit
membungkuk untuk menyabuni bagian bawah tubuhnya. Perasaanku makin tidak
keruan. Aku menahan nafas, nyaris terjengkang dari meja itu ketika sesaat
kemudian baru kusadari ternyata yang sedang mandi adalah seorang cowok.
Mas
Muuuuuuuulllllll.....!!!!!!
No comments:
Post a Comment