Wednesday, May 29, 2013

Pita dan Solder



Pita dan Solder
Satu dari beberapa Kisah awal Meniti Karir di KPP Baturaja

Ruangan berukuran 3x3 meter itu sebenarnya adalah gudang Seksi PPN Kantor Pelayanan Pajak Baturaja, tempat menyimpan berkas SPT Wajib Pajak. Tapi sejak sebulan yang lalu bertambah fungsi menjadi ruang ketik. Seperangkat komputer merk Acer 486 dx dan printer Epson LQ 1170 menghuni ruang itu. Seperti gudang lainnya di kantor ini, gudang tersebut juga sudah bolong plafonnya di  sana sini. Kalau malam tikus dengan leluasa menjadikannya arena bermain.
Pagi itu, September 1997, aku langsung dihadapkan pada tugas rutin, mengetik surat konfirmasi faktur pajak. Di depan meja kerjaku sudah menunggu seorang tamu, Pak Sukimin. Dia adalah Wajib Pajak perseorangan, seorang pemilik mobil angkot yang sedang mengurus restitusi PPn. BM mobil angkotnya. Seharusnya surat konfirmasi ini dikirim lewat pos dinas kantorku. Tapi entah kenapa, bagian Tata Usaha bilang tidak ada anggaran untuk pengiriman surat konfirmasi. Jadilah Wajib Pajak yang mengirim sendiri surat itu.
Aku terhenyak, komputer sudah hidup tapi cursor mouse tidak bereaksi. Aku panik, segera kuperiksa kabel mouse tersebut. Ternyata penyebabnya ada di sana, di pangkal soket mouse kabelnya putus digigit tikus. Aku bereaksi cepat, pamit ke Pak Sukimin yang sedari tadi sudah duduk di ruang tamu seksi PPN menunggu cetakan surat tersebut untuk dia bawa ke dealer mobil. Kebetulan pita printer dot matrix itu juga habis dan masih menunggu bagian Rumah Tangga membelikannya. Aku menyambar dua pita mesin ketik manual merk Daito. Sesuatu harus kukerjakan.
Tempat servis elektornik itu menempati deretan ruko tua di sudut Jalan Akmal, Baturaja Sumatera Selatan. Mekaniknya hanya satu, sekaligus pemilik itu, Mang Abur. Ketika aku turun dari sepeda motor dinas Yamaha L2Super Tahun 1991, Mang Abur sedang menyolder PCB pesawat televisi tua. Aku berucap salam sambil menarik bangku kosong ke arah Mang Abur.
“Mang, biso nyolder kabel ini idak?” tanyaku tak menuggu lama.
“Kabel apo, dik?” tanya mang Abur sambil memelorotkan kaca mata plusnya yang sudah aus framenya.
“Ini mang, kabel mouse. Putus digigit tikus,” ujar ku sambil menyodorkan mouse merk Logitec yang masih berteknologi track ball.
“Ooo…bisaaaa… sinikan barang tu.. tunggu bae, nggak lama kok,” kata mang Abur sambil mengambil mouse dari genggamanku.
Lelaki tua itu lantas tenggelam dalam kesibukannya, mengurai kabel mouse. Ada 3 kabel kecil berwarna biru, kuning dan merah. Ketiganya putus total. Dengan teliti dia menyambung satu persatu. Memang benar, hanya perlu waktu sekitar 10 menit untuk menyambung kabel rumit itu.
“Nah, sudah ni… Insya Allah sudah beres,” katanya sambil menyerahkan mouse itu ke aku.
“Berapo mang?” tanyaku sambil menarik dompet dari saku celana.
”Lima ribu, dik,” jawab mas Abur singkat.
Aku sedikit terhenyak. Di dompetku tinggal tersisa dua lembar uang lima ribuan, sementara masih ada satu lagi perbaikan yang harus kulakukan.
Segera kuarahkan sepeda motor dinasku ke arah kantor. Sejurus sebelum sampai kantrr, aku membelokkan motor ke Uda Mie Rebus, penjual mie rebus sekaligus penjahit asal Pariaman. Orang-orang kantor pajak memanggilnya Uda mie Rebus, sesuai profesinya, tanpa peduli siapa nama sebenarnya.
“Ngapo To?” sambut uda sambil tetap mengayuh mesin jahitnya.
“Ini Da, mau minta tolong sambungin pita mesin ketik ini dong,” ujarku sambil mengeluarkan dua gulung pita mesin ketik merk Daito.
“Mau disambung gimana pita ini, To?” tanya uda setengah keheranan.
“Gini Da, aku mau njadiin pita ini jadi pita printer. Jadi harus disambung biar bisa muter terus dan nggak putus,” terangku.
“Ooo, ya sudah. Aku lem pake lem kain yeee,” jawab uda mie Rebus.
“Lajulah da, yang penting bagus,” kataku mengiyakan sambil menenggak teh botol yang tersedia di atas meja.
Sama seperti tadi, pekerjaan ini juga tidak memakan waktu lama. Seperempat jam kemudian pita mesin ketik itu sudah menjelma menjadi pita printer dot matrix. Pekerjaan singkat berbiaya tiga lembar uang ribuan.
Aku bergegas menghidupkan motor. Di kantor Pak Sukimin masih menunggu surat itu. Pekerjaanku sebagai verifikator di Seksi PPN dan PTLL terpaksa terhenti karena kabel mouse putus dan pita printer Epson LQ 1170 satu-satunya di kantor ini bermasalah.

2 comments:

Diediet said...

cakep kisahnya....gak bisa membayangkan tahun 1997 yo met...hehehehe

Masla said...

Iyo Diet....seru wis..