Monday, December 29, 2014

Persiapan Ibadah Umroh


Masjidil Haram

Dibanding ibadah Haji, ibadah Umroh memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut selain rukun ibadah juga menyangkut perbekalan selama perjalanan di sana. Seperti kita ketahui, ibadah Umroh adalah ibadah fisik. Setidaknya kita akan menjelajahi dua kota suci, yaitu Mekah dan Madinah. 

Berikut ini saya bagikan tips dan beberapa hal yang harus disiapkan dalam rangka menjalani ibadah Umroh.

1.   Dokumen Perjalanan.
Dokumen wajib bagi orang yang akan bepergian ke luar negeri adalah passport dan visa. Passport adalah dokumen yang menunjukkan bukti kewarganegaraan kita. Dokumen ini dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi. Proses pengurusan passport memakan waktu sekitar dua minggu. Prosesnya dimulai dari pengajuan dokumen, wawancara, pengambilan foto sampai akhirnya penerbitan passport. Selain passport, dokumen wajib lainnya adalah visa. Visa merupakan ijin masuk ke sebuah Negara. Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah Negara yang akan kita tuju melalui Kantor Kedutaan Besarnya. Pengurusan visa untuk Umroh dilakukan oleh biro perjalanan yang akan kita gunakan. 

Dua dokumen tersebut harus kita simpan dengan baik pada saat akan boarding dari bandara Indonesia, pada saat masuk ke Negara Saudi Arabia, dan sebaliknya pada saat pulang Umroh.  Selama di Saudi Arabia, dokumen tersebut biasanya disimpan oleh biro perjalanan dan baru akan diberikan lagi saat di bandara Jeddah ketika kita akan pulang ke Indonesia.
Pihak biro perjalanan akan memberikan name tag bertulis nama kita. Di name tag tersebut juga tertulis nomor telepon biro perjalanan kita. Bawalah name tag tersebut kemanapun kita pergi, baik ketika pergi berombongan maupun pergi sendiri. Tujuannya agar ketika Anda tersesat kita bisa menelepon biro perjalanan atau minta bantuan orang yang ada di sana untuk menuntun kita.

2.   Uang Saku.
Ini pertanyaan klasik, berapa uang saku yang harus kita bawa ketika Umroh? Jawabannya amat relatif. Sebagai gambaran, seluruh kebutuhan akomodasi, transportasi dan konsumsi selama kita menjalani umroh sudah ditanggung oleh biro perjalanan. So, kita tinggal memikirkan anggaran belanja oleh-oleh dan beberapa pengeluaran ekstra, seperti untuk beramal sedekah dan sebagainya. Bulan Mei 2014, saya beserta kedua orang tua melaksanakan Umroh selama 9 hari. Uang saku saya saat itu 1.000 real atau sekitar 3 juta rupiah. Jumlah tersebut bagi kami lebih dari cukup. Tukarkan rupiah Anda ke real di money changer Indonesia karena harganya lebih murah dibandingkan dengan menukar di Saudi Arabia. Toko-toko di Saudi Arabia juga menerima rupiah, namun tentu saja kursnya lebih mahal.

Jamaah Madinah Iman Wisata menuruni tangga pesawat di Madinah

3.   Pakaian.
Bawalah pakaian secukupnya. Ingat, perjalanan Umroh lumayan panjang, setidaknya 9 hari. Pada hari ketiga biasanya kita pindah kota, ke Mekkah atau sebaliknya ke Madinah, sesuai jadwal ibadah. Di hotel kita bisa saja memakai jasa laundry, tapi tarifnya lumayan mahal. Kita juga bisa mencuci sendiri pakaian tersebut dan dijemur di kamar hotel, namun hal ini tidak saya sarankan. Selain mengganggu kenyamanan kamar, jemuran tersebut lambat keringnya.
Rak alas kaki di Masjid Nabawi

Bawalah alas kaki yang tipis, bukan yang tebal dan berat. Alas kaki tersebut akan kita lepas ketika masuk ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Siapkan kantong plastik untuk mewadahi alas kaki tersebut. Jangan meninggalkan alas kaki di pintu masjid, karena resiko hilang karena tertukar atau dibersihkan oleh petugas kebersihan amat besar.

Jika Umroh Anda dimulai dari kota Mekkah, maka Anda akan berganti pakaian Ihram di atas pesawat udara. Pergantian busana ini biasanya dilakukan satu jam menjelang pendaratan. Oleh karenanya, bawalah pakaian Ihram Anda ke kabin pesawat, jangan dimasukkan ke dalam bagasi.
Lain halnya jika Umroh Anda dimulai dari kota Madinah. Pakaian Ihram bisa dimasukkan ke dalam bagasi pesawat, karena kita akan mengambil Miqot pada hari terakhir di Madinah.

4.   Alat Komunikasi.
Alat komunikasi tentu sangat vital. Ada dua pilihan menentukan simcard apa yang akan kita gunakan selama di sana. Pertama dengan tetap menggunakan simcard Indonesia. Jika kita memilih tetap menggunakan simcard Indonesia, pastikan nomor tersebut telah terisi pulsa dalam jumlah yang cukup. Setiap operator telepon seluler mempunyai paket komunikasi selama di Saudi Arabia. Silahkan hubungi costumer service operator seluler Anda. 
Jamaah Madinah Iman Wisara bersiap melaksanakan Umroh dengan pakaian Ihram
Pilihan ke dua adalah membeli simcard local. Cara ini dirasa lebih hemat karena kita tidak terkena biaya roaming jika berkomunikasi dengan sesama pengguna simcard lokal. Kerugiannya, nomor telepon kita berganti sehingga ketika menelepon ke Indonesia, penerima telepon tidak akan mengenali nomor kita. Aplikasi chatting berbasis nomor, seperti Whatsapps juga akan mengalami perubahan.

5.   Kebutuhan Khusus.
Setiap orang punya kebutuhan khusus yang berbeda-beda. Bagi Anda yang perokok seperti saya, bawalah bekal rokok secukupnya. Jika sampai kehabisan rokok di sana, Anda akan mengalami kesulitan. Di Mekkah, toko penjual rokok terletak di luar kota. Di Madinah lebih susah lagi. Jikapun berhasil menemukan rokok di sana, harganya amat mahal. Sebungkus rokok mild dijual dengan harga hampir 60 ribu rupiah.

Obat-obatan yang rutin Anda minum sebaiknya juga dibawa dari Indonesia. Di Saudi Arabia memang mudah menemukan apotek, namun belum tentu dosis obat di sana sesuai dengan kebutuhan Anda. Bawalah minyak angin, antiseptik, analgetik dan antipiretik dari Indonesia.

6.   Fisik dan Mental.
Seperti saya kemukakan di awal, Umroh adalah ibadah fisik. Persiapkan fisik Anda karena akan menghadapi ritual yang cukup menguras tenaga. Rukun Umroh mensyaratkan Thawaf dan Sa’i. Dua rukun tersebut memerlukan persiapan fisik yang matang.

Satu putaran Thawaf bisa mencapai 300 meter, artinya dalam satu kali Thawaf kita akan berjalan sejauh 2 kilometer. Seusai Thawaf, kita akan langsung melakukan Sa’I, yaitu berjalan dan berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah. Jarak antara Safa dan Marwah adalah 450 meter, sehingga kita harus menempuh jarak sekitar 3 kilometer. Selain dua rukun wajib tadi, kita juga masih harus berjalan kaki dari penginapan ke Masjidil Haram. Jarak penginapan ke Masjidil Haram amat beragam, tergantung harga yang kita bayar. Paling dekat tentu saja yang menginap di Zamzam Tower.

Last but not least, persiapkan mental Anda. Ingat, ini adalah perjalanan ibadah, bukan tamasya. Hindarkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak nilai ibadah, seperti riya’, sombong, kikir dan yang kalah penting adalah nafsu narsis. Berfoto di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi memang tidak dilarang, namun alangkah baiknya jika kita tetap khusuk beribadah, bukan sibuk selfie di sana.

Demikian yang bisa saya bagi, selamat beribadah.

No comments: