Telepon Gelap
"Halo Met...ini Tri,
bisa bicara sebentar?"
"Iya bisa mas... Maaf
Tri siapa ya?"
Belum sempat penelepon itu
menjawab pertanyaanku sambungan telepon itu mendadak terputus. Segera kutelepon
balik, nada sambungnya putus-putus. Ah... Gedung baru KPDJP ini memang belum
sempurna. Repeater belum terpasang di setiap lantai sehingga sinyal seluler
tidak stabil.
Aku mencoba
mengingat-ingat, siapa gerangan Tri yang barusan meneleponku. Kalau dari
suaranya terdengar sudah paruh baya. Terlintas tak begitu banyak nama Tri yang
kukenal. Iseng kutanya bu Eneng, direkturku. Kebetulan saat itu aku sedang
berada di ruangannya.
"Bu, boleh pinjam hape? Mau lihat nomor telepon
yang baru saja menghubungi saya."
Aku memang biasa memegang ponsel
direkturku yang satu ini. Dia bahkan suka menyuruhku menerima telepon jika
nomornya tidak dia kenal.
Segera kutulis nomor
telepon yang barusan menelponku barusan, +62816114****. Aku berharap nomor itu
ada di daftar kontak direkturku karena feelingku
mengatakan yang barusan meneleponku adalah pejabat di kantorku. Feelingku
mengarah ke satu nama... Benar saja, di telepon muncul nama Tri Kepegawaian.
Aku terkesiap, nama itu begitu tenar karena jabatannya. Dia Kepala Bagian
Kepegawaian. Jabatan prestisius karena wewenangnya yang amat strategis,
menentukan "hidup-mati" karir kami di DJP. Segera kubatalkan
panggilan itu.
Aku terduduk lemas.
Pikiranku menceracau tak tentu. Ada apa ya kok Kabag Kepegawaian tiba-tiba
menghubungiku? Mau dipromosikankah? Kena sanksikah? Ah..jangan-jangan....
Aku segera bertindak. Aku
mencari lokasi yang bagus sinyalnya untuk menelepon, dan itu adalah lantai
dasar gedung ini. Kucari tempat yang sepi agar apabila sesuatu yang buruk
terjadi tidak banyak orang yang melihat reaksiku. Nada panggilanku terdengar
jelas. Tak lama panggilanku dijawab singkat,
"Sebentar ya Met,
nanti aku hubungi lagi."
Telepon ditutupnya. Ah...
Aku makin panik tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Segera kusimpan dan
kunamai nomor telepon keramat itu. Aku hanya bisa menunggu dengan rasa cemas.
Panggilan yang
kutunggu-tunggu itu akhirnya datang jua pada pukul tiga sore hari.
"Met, ini Tri
kepegawaian, bisa bicara?"
"Siap, bisa pak. Ada
yang bisa saya bantu, pak?"
"Ini Met... Anakku mau beli kamera, yang bagus
untuk pemula merk apa ya?"
Aku terduduk lemas.
*Lapangan SSB Angkasa, 19 Mei 2013, 10:13:23
No comments:
Post a Comment